Pendakian Gunung Prau Jalur Pranten
Gunung Prau (2.565 mdpl) terletak di perbatasan 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Kendal, Wonosobo dan Batang.
Ada 4 jalur pendakian yang paling sering digunakan untuk mendaki gunung Prau, yaitu:
- Jalur Patakbanteng, Kejajar, Kabupaten Wonosobo
- Jalur Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara
- Jalur Kenjuran, Sukorejo, Kabupaten Kendal
- Jalur Pranten, Bawang, Kabupaten Batang
Pendakian via desa Pranten ini memiliki dua jalur, yaitu:
- Jalur pertama dari Pranten – Rejosari – Dieng – tugu perbatasan – Puncak Pemancar. Jalur ini memiliki medan yang relatif landai namun jarak tempuhnya lebih panjang, karena dari Pranten kita harus memutar menuju Dieng terlebih dahulu baru mulai mendaki.
- Jalur kedua dari Pranten – Rejosari – tugu perbatasan – Puncak Pemancar. Jalur ini memiliki jarak tempuh yang lebih singkat namun medan sangat menanjak.
Kedua jalur tersebut bertemu di tugu perbatasan kabupaten Batang dengan kabupaten Wonosobo. Lebih disarankan agar naik dari jalur Dieng kemudian turun melalui jalur kedua, agar lebih menghemat waktu.
Pendakian dimulai dari desa Pranten, sebuah desa kecil di ujung selatan kecamatan Bawang, yang merupakan basecamp pendakian gunung Prau melalui sisi utara.

Lurus saja mengikuti jalan aspal yang relatif landai dan halus. Beberapa saat kemudian medan mulai menanjak dengan tikungan-tikungan yang tajam.
Memasuki desa Ngluwok, jalan aspal mulai rusak, kerikil berserakan di badan jalan dengan medan yang semakin menanjak sehingga harus ekstra hati-hati agar roda tidak tergelincir dan kita tidak terjatuh dari sepeda motor.
Jalur selanjutnya semakin bertambah parah dengan medan yang semakin menanjak, dan batuan lepas yang berserakan di badan jalan, (karena kondisi yang tidak memungkinkan maka kami tidak bisa mengambil foto kondisi jalan). Ekstra hati-hati dan waspada sangat dibutuhkan di sini.
Setelah separuh perjalanan, kondisi jalan mulai lebih bersahabat. Jalan aspal rusak berganti jalan beton yang lumayan halus, meskipun di beberapa tempat juga sudah mulai rusak.
Sebelum memasuki desa Pranten jalan mulai rata dan lumayan halus.

Basecam pendakian adalah rumah penduduk yang berada di sebelah lapangan voli, di depan masjid Pranten. Sebaiknya sepeda motor kita titipkan di rumah ini. Bila perbekalan atau logistik masih kurang, bisa menambah perbekalan di sini, karena di rumah warga ini juga terdapat warung sembako.

Perjalanan di mulai dari basecamp desa Pranten. Jalur awal berupa turunan menyusuri jalan desa Pranten yang sudah dibeton.


Selanjutnya kita akan melewati ladang sayuran.


Rejosari-Dieng
Jalur awal berupa jalan aspal yang lumayan menanjak, namun jangan mengikuti jalan aspal ini, karena jalan ini berputar melewati beberapa bukit di atas desa Rejosari, sehingga terlalu lama bila kita lewat jalan aspal ini. Agar lebih singkat kita lewat jalan tembus, memotong bukit. Dari jalan aspal kita berbelok ke arah kanan, ke arah jalan setapak sempit yang menaiki bukit, dengan pepohonan damar disekeliling. Jalur terus menanjak dan makin menanjak.
Setelah tanjakan demi tanjakan (bukan tanjakan cinta yak?) kita lalui, kita sampai di titik tertinggi daerah ini, dari sini sudah bisa terlihat kawasan dataran tinggi Dieng.
Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalan setapak yang mengikuti pipa gas alam Geodipa Dieng.


Dieng-Puncak Pemancar
Dari Dieng, jalur awal pendakian berupa jalan desa yang lumayan lebar dengan ladang kentang di sekitarnya. Di sekitar jalur banyak di temui pipa air bersih milik warga desa Dieng. Sebaiknya kita persiapkan air untuk memasak dari sini.
Perjalanan relatif mudah karena jalur berupa jalan setapak yang landai. Di kejauhan terlihat candi Dwarawati, yang terletak di sebelah utara dataran tinggi Dieng.




Dari tugu perbatasan perjalanan berlanjut ke titik tertinggi gunung Prau (2.565 mdpl) yaitu Puncak Pemancar. Jalur berupa tanjakan yang mirip dengan anak tangga tersusun dari akar-akar pohon pinus.
Setelah keluar dari hutan pinus medan mulai sedikit terbuka, dengan vegetasi sekitar berupa pepohonan rendah semacam Cantigi dan lainnya.
Setelah tanjakan yang seolah tiada habisnya kita lalui, kita sampai di Puncak Pemancar.

Jalur berupa turunan yang lumayan panjang berupa punggungan sempit dengan jurang di kanan dan kiri. Punggungan ini adalah tapal batas antara kabupaten Batang dan Kendal di sisi utara, dan kabupaten Wonosobo di sisi selatan.
Setelah melewati punggungan sempit, kita sampai di sabana gunung Prau..


Hindari mendirikan tenda di puncak bukit, agar tenda tidak langsung terkena terpaan angin. Lebih baik di cekungan antara bukit-bukit Teletubbies. Akan lebih sempurna jika kita mendirikan tenda bawah pohon untuk mengurangi hembusan angin yang sangat dingin terutama di malam hari.






Semoga bisa memberikan sedikit gambaran kepada teman-teman semua mengenai jalur ini. Ingat, bawa turun sampah masing-masing dan jaga selalu kelestarian alam kita.
Saya tunggu saran dari teman-teman sekalian, sampai jumpa di blog berikutnya, terimakasih.
Saya tunggu saran dari teman-teman sekalian, sampai jumpa di blog berikutnya, terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar